Lestarikan Kebudayaan Lokal, 3.000 Pelajar SD Di Pekalongan Dilatih Membatik

By Abdi Satria


nusakini.com-Pekalongan- Batik merupakan salah satu warisan budaya Bangsa Indonesia yang patut diabadikan dan dijaga keberlangsungannya. Seiring perkembangan zaman, batik ikut berkembang menjadi kebudayaan lokal yang hampir ada di seluruh Nusantara, tidak terkecuali di Kota Pekalongan. 

Sebagai wujud pelestarian batik, Dinas Pendidikan Kota Pekalongan bekerjasama dengan Museum Batik Pekalongan, mengadakan Kegiatan Pelatihan Membatik bagi Siswa SD se-Kota Pekalongan, yang digelar di Museum Batik, Selasa (3/3).

Saat membuka pelatihan, Kepala Dinas Pendidikan Kota Pekalongan, Soeroso mengungkapkan Kota Pekalongan merupakan ‘World’s City of Batik. Apalagi, UNESCO juga telah menetapkan batik sebagai salah satu warisan budaya tak benda asal Indonesia. Oleh karena itu, seluruh elemen masyarakat wajib untuk merawat keberlangsungannya.

“Kita semua memiliki kewajiban untuk melestarikan batik, salah satunya melalui pendidikan di sekolah. Kota Pekalongan sudah mempunyai kurikulum lokal membatik. Sehingga pengetahuan yang sudah diperoleh di sekolah dapat dipraktikkan di Museum Batik melalui pelatihan membatik,” terangnya.

Selain mampu mengapresiasi dan mengenal lebih dalam mengenai proses membatik, imbuh Soeroso, para pelajar juga ikut serta dalam mengantisipasi pencemaran lingkungan yang diakibatkan penggunaan obat batik yang tidak ramah lingkungan.

“Mereka tidak hanya diajak mempraktikkan membatik, namun juga dikenalkan mengenai bahan-bahan batik seperti pewarna alam yang ramah lingkungan. Sehingga bisa turut andil peduli lingkungan sekitar dengan menggunakan bahan-bahan yang ramah lingkungan,” tegas Soeroso.

Kepala Bidang Pembinaan Pendidikan Dasar, Unang Suharyogi, menjelaskan pelatihan membatik bagi 3.000 pelajar ini merupakan program rutin tahunan dari Dinas Pendidikan Kota Pekalongan untuk membekali anak-anak mengenai penguasaan keterampilan membatik.

“Pelatihan Membatik merupakan program rutin yang sudah berjalan memasuki tahun keempat. Sesuai amanat UNESCO, batik sebagai warisan budaya harus dipertahankan supaya batik tetap lestari. Harapannya, di Kota Pekalongan akan terus ada regenerasi membatik. Para siswa yang telah menerima muatan lokal di kelasnya, perlu mempraktikkan langsung penguasaan batik tersebut,” jelas Unang.

Pelatihan membatik ini berlangsung selama kurang lebih satu bulan ke depan, mulai dari 3 Maret sampai 22 April 2020.

“Setiap tahun kami menargetkan 3000 pelajar mengikuti pelatihan membatik yang berlangsung selama 30 hari. Setiap hari ada 100 pelajar perwakilan SD negeri maupun swasta se-Kota Pekalongan yang akan kami latih membatik secara bergantian. Mereka akan dibimbing secara langsung oleh petugas Museum Batik mengenai proses pembuatan membatik,” pungkas Unang.

Fasala Aulia Ningrum, siswi SD Keputran 04 Kota Pekalongan yang ikut pelatihan membatik tersebut mengaku senang dapat mempraktikkan proses pembuatan batik. Didampingi petugas Museum Batik, siswi yang duduk di kelas V tersebut bangga bisa mencoba dan memiliki pengalaman dalam menuangkan lilin (malam) di atas kain mori sesuai pola yang telah dibuatnya.

“Alhamdulillah ini baru pertama kali mencoba praktek membatik karena di sekolah hanya diajarkan materinya saja. Kelihatannya mudah tapi ternyata cukup sulit, harus konsisten dan teliti, sangat seru apalagi bersama teman-teman,” ucap Fasa.

Hal senada juga diungkapkan Alfadilah Fajar, siswa kelas 5 SD Landungsari 04 Kota Pekalongan yang datang pelatihan membatik bersama rekan satu kelasnya, merasa antusias menggoreskan canting di atas kain putih yang telah disiapkan.

“Ingin belajar membatik saja, Alhamdulillah bisa mempraktikkan membatik secara langsung. Menurut saya cukup mudah dan saya tertarik mempelajari batik lebih dalam. Saya sangat senang bisa mencobanya, bisa berkreasi apalagi hasilnya boleh dibawa pulang ke rumah,” tutur Alfad.(p/ab)